Pendahuluan
Kondisi lingkungan sekolah yang saat ini kita jumpai hampir semua belum memadai, baik dari segi materi dan juga segi komunikasi antara guru dengan murid,ataupun sebaliknya. Sering kita menyaksikan kekerasan di dalam lingkungan sekolah yang terjadi belakangan ini. Berita tentang kekerasan guru terhadap murid yang tidak mengerjakan PR ataupun murid itu tertidur di kelas, kurangnnya komunikasi yang tidak berjalan efektif membuat sang guru berbuat semena-mena dalam hal menghukum murid. Dalam hal ini saya tidak menyebutkan apa-apa saja yang terjadi,tetapi yang menjadi perhatian saya ialah kondisi mental dari murid tersebut setelah menerima hukuman dan akibatnya membuat mental sang anak menjadi jatuh dan sering menjadi alasan sang murid malas datang ke sekolah, belum lagi banyaknya tugas-tugas dari guru-guru yang lain. Perlu adanya evaluasi yang bisa menjembatani faktor tersebut, peran guru bimbingan konseling sangatlah di butuhkan sebagai sarana komunikasi murid yang menghadapi suatu permasalahan agar tidak menganggu belajarnya.
Agar semua berjalan dengan efektif, hal-hal yang perlu diperhatikan oleh tenaga pendidik adalah :
1. Komunikasi, ini sangat penting di perhatikan oleh tenaga pendidik supaya suasana kelas berjalan dengan kondusif.
2. Selalu berhubungan dengan anak didik agar murid merasa nyaman dan tenang belajar di ruang kelas.
3. Mengikuti perkembangan zaman.
Dalam kehidupan perlunya pola kesehatan yang menunjang bagi kesehatan jasmani dan juga kesehatan rohani. Ini semua demi tercapai dan terwujudnya kesehatan mental yang selalu terjaga. Seperti yang tertulis dalam UU no 23 tahun 1992 yang berbunyi “ Kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis “
Menurut Zakiah Daradjat(1985:10-14) mendefinisikan kesehatan mental dengan beberapa pengertian :
1. Terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa (neurose) dan dari gejala - gejala penyakit jiwa(psychose).
2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri, dengan orang lain dan masyarakat serta lingkungan dimana ia hidup.
3. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin, sehingga membawa kepada kebahagian diri dan orang lain; serta terhindar dari gangguan - gangguan dan penyakit jiwa.
4. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem biasa yang terjadi, dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya.
Dengan berpijak pada pengertian di atas, kesehatan mental menurut saya adalah terhindarnya orang dari gejala - gejala gangguan jiwa serta mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan diri sendiri,dengan orang lain maupun dengan masayarakat dimana seseorang itu berada dan bisa mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi, bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin untuk mewujudkan suatu keharmonisan yang sungguh - sungguh antara fungsi - fungsi jiwa, serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem - problem biasa yang terjadi,dan merasakan secara positif kebahagian dan kemampuan dirinya sendiri.
Bukan hanya di sekolah, permasalahan mental juga ada di lingkungan akademis ( kuliah ). Sebagian mahasiswa berikut adalah Usaha-usaha kesehatan mental bagi para mahasiswa :
Mahasiswa sebagai individu yang sudah menginjak usia dewas, sering
kali masih menghadapi banyak problem yang perlu bantuan untuk memecahkan.
Bila problem tidak segera diatasi, akan menimbulkan gangguan keseimbangan jiwa.
Penting sekali bagi usaha tersebut adalah berperannya penasihat
akademik maupun petugas bimbingan di perguruan tinggi dalam rangka
membantu mahasiswa mengatasi problem mereka.
Adapun problem tersebut antara lain :
a. Problem Akademis : pemilihan jurusan, pencapaian prestasi, pengambilan
beban studi, cara belajar dan sebagainya.
b. Problem Pekerjaan : karena banyak diantara mereka yang sudah bekerja, jadi perlu adanya sikap dan bagaimana jalan keluarnya agar pola belajar dapat berjalan sesuai rencana.
c. Problem Keuangan : bagai yang masih belajar, keuangannya tergantung pada orang tuanya.
d. Problem Sosial dalam masyarakat, pergaulan dengan kawan lain jenis.
e. Problem Emosional dan Pribadi, seperti pacaran, kecemasan dan tidak aman diri.
Kesehatan mental dapat dipahami sebagai terwujudnya keharmonisan antara fungsi-fungsi serta mempunyai kesanggupan untuk menghadapi problem-problem yang terjadi dan merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan dirinya. (Zakiah Darajat: 1975).
Sedangkan cakupan kesehatan mental menurut ( Samsu Yusuf ), berupa:
(1) bagaimana kita memikirkan, merasakan, menjalani, kehidupan sehari-hari,
(2) bagaimana memandang diri sendiri dan orang lain,
(3) bagaimana kita mengevaluasi berbagai alternatif dan mengambil keputusan.
Kesehatan mental pada umumnya tak kalah penting dengan masalah kesehatan jasmani dan bila pada hal ini mengalami gangguan maka akan dapat menimbulkan hal-hal negatif yang tidak diinginkan layaknya gangguan pada kesehatan jasmani. Yang membedakan dari keduanya adalah gangguan pada kesehatan mental berakibat pada timbulnya perilaku menyimpang (maladjustment) yang tidak diinginkan baik oleh diri sendiri maupun lingkungan sekitar. . Maka dibutuhkan adanya pemahaman kesehatan mental dan tak mengesampingkan hal ini begitu saja untuk dapat membangun kesadaran untuk hidup secara sehat baik jasmani maupun mental.untuk mendapatkan kesehatan mental, maka diperlukannya suatu lingkungan yang kondusif dan menunjang.
Pertama ialah lingkungan keluarga,dimana adanya orang tua bukan menjadi pemimpin, melainakan sebagai sahabat untuk anak-anaknya. Faktor inilah yang bias membuat sang anak merasa nyaman dan tidak dalam tekanan jika ada suatu permasalahan.
Yang kedua ialah masyarakat, ini juga suatu faktor yang sangat penting, dimana lingkungan memegang peranan yang sangat sentitif, sebagai orang tua, kita harus bias memberi tahu kepada anak-anak tentang pergaulan di masyarakat agar tidak terjebak di pergaulan yang tidak benar.
Dan yang terakhir lingkungan sekolah, dimana seorang anak dihadapkan kepada sosialisasi terhadap guru dan teman sebayanya,faktor inilah yang bisa menunjang siap atau tidaknya mental seorang anak di segala aspek sosialnya. Adapun gangguan yang mungkin terjadi di lingkungan sekolah ialah gangguan dalam masa pembelajarannya di sekolah, gangguan dalam pola belajar,masalah kenakalan remaja,masalah disiplin dan gangguan mental. Beberapa masalah seperti diatas cepat atau lambat akan ditemui dalam berbagai tingkat kerumitan masalah, tergantung dari seberapa komplek masalah yang ditimbulkan serta lingkungan yang ada. Dalam masa perkembangan peserta didik pada jenjang sekolah menengah (SLTP & SLTA) sebagaimana kita ketahui merupakan masa yang labil dan membutuhkan pendampingan guna mengarahkan pada hal-hal yang bersifat positif tanpa mengabaikan sisi aktualisasi peserta didik dan sekolah sebagai pihak yang mendapatkan amanah dari orang tua sedapat mungkin mampu mengakomodasi hal tersebut. pada masa ini peserta didik yang pada umumnya remaja sedang mengalami fase trasinsisi (peralihan) antara sikap bergantung (dependent) menuju sikap bebas (independent) pada usia dewasa.Ketidaksiapan dalam menghadapi ujian, ketidakpercayaandiri, kehamilan di luar nikah, bahkan perilaku bunuh diri karena tidak lulus UN merupakan beberapa indikasi adanya ketidakmampuan pada pribadi siswa dalam menangani masalah pada dirinya yang juga merupakan tanda adanya gangguan kesehatan mental, mengingat remaja merupakan fase yang rawan, labil, dan dinamis.
Banyak syarat-syarat yang harus di perhatikan dalam menciptakan lingkungan yang menunjang dalam kesehatan mental anak, sebagai contoh ialah
1. ruangan yang nyaman bagi anak didik,
2. menciptakan suasana yang kondusif bagi belajar dan mengajar,
3. Usaha pemahaman anak didik secara menyeluruh baik prestasi belajar, sosial, maupun seluruh aspek pribadinya.
4. Menggunakan metode dan alat belajar yang dapat memotivasi belajar.
5. Menciptakan situasi sosial yang baik dan membantu perkembangan pribadi anak.
6. Penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan pribadi anak.
7. Kerjasama dan saling pengertian dari para guru dalam melaksanakan kegiatan pendidikan di sekolah.
8. Situasi kepemimpinan yang penuh saling pengertian dan tanggung jawab baik pada murid maupun pada guru.
9. Hubungan yang erat dan penuh pengertian antara sekolah dengan orang tua murid dan masyarakat.
10. Pelaksanaan UKS (usaha kesehatan sekolah) termasuk usaha kesehatan mental.
Jadi, didalam ruang lingkup pendidikan sangatlah penting sarana dan prasarana yang sangat menunjang bagi kesehatan mental anak didik, dan perlu diketahui pula peran serta orang tua, masyarakat , tenaga pengajar serta anak itu sendiri untuk dapat mencapai kekuatan mental.
Disamping kesehatan mental, aspek perilaku menyimpang juga menjadi masalah serius dalam hal kesehatan mental. Banyak contoh yang dapat digambarkan dari perilaku menyimpang,ini saya paparkan sebagai berikut.
1. .Kleptomania ( terpaksa mencuri )
Dalam hal ini orang terpaksa mencuri barang orang lain. Sebenarnya ia merasa gelisah dengan perlakuan mencuri itu, akan tetapi ia tidak dapat menghindarkan dirinya dari tindakan itu, walaupun barang-barang tersebut tidak dibutuhkannya.
Yang banyak menderita gejala ini adalah anak-anak karena orangtuanya terlalu keras, disiplin atau kurang memperhatikan
2. Fetishism
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan orang lain dari seks yang berlainan. Misalnya seorang laki-laki yang suka menyimpan saputangan, sepatu atau rambut wanita yang baginya mempunyai arti atau nilai seksuil dalam perasaannya.
Pada gejala ini orang terpaksa mengumpulkan dan menyimpan barang-barang kepunyaan orang lain dari seks yang berlainan. Misalnya seorang laki-laki yang suka menyimpan saputangan, sepatu atau rambut wanita yang baginya mempunyai arti atau nilai seksuil dalam perasaannya.
3. Compusife (yang berhubungan dengan seksual)
Gejala ini ada 2 macam yaitu:
· Ingin tahu tentang kelamin dari orang berlainan seks
· Ingin memamerkan kelamin sendiri
Dalam hal yang pertama seseorang akan berusaha untuk melihat atau memperhatikan bentuk tubuh dan kelamin orang lain dengan berbagai cara atau juga menyentuhnya. Dalam hal ini yang kedua oaring merasa terdorong untuk memamerkan tubuh dan kelaminnya tanpa merasa malu.Pada umumnya gejala tersebut diakibatkan oleh pengalaman yang tidak menyenangkan waktu kecil atau mungkin pula sebagai ungkapan dari keinginan yang tertekan yang pelaksanaannya dan merasa takut kalau keinginannya itu terasa.
Adapun teori yang memaparkan tentang kesehatan mental adalah sebagaimana di kutip dari Chauhan , dalam usaha ini sekolah mempunyai beberapa cara
dan fasilitas, yaitu :
1. Adanya lingkungan sekolah yang dapat berperan bagi pengembangan sikap
anak yang positif.
2. Adanya prosedur administrasi yang demokratis dalam sekolah yang
memungkinkan anak mengidentifikasikan diri.
3. Adanya ketentuan / keharusan anak mengikuti aktifitas kurikuler yang dapat
memenuhi kebutuhan mereka.
4. Adanya guru yang dapat membimbing
5. Adanya kebebasan bagi murid-murid untuk mengeksplorasikan dirinya
6. Adanya kemungkinan untuk mengembangkan minat dan bakat yang
berbeda-beda.
7. Adanya fasilitas berupa : bacaan-bacaan untuk pembinaan kesehatan mental.
8. Adanya aturan-aturan dalam hal hubungan individu, adanya pendidikan seks
Contoh di atas bisa kita pelajari dan dapat pula kita terapkan dalam menjalani kehidupan sehari-hari, supaya kesehatan mental dapat kita terima dengan sebaik mungkin dan bisa kita kendalikan. Interaksi kepada sesama dan menyelaraskannya dalam aspek kehidupan sangatlah penting untuk menjaga keseimbangan dan memberikan hidup semakin berwarna.
Setiap kegiatan mental yang disertai dengan pengalaman emosional yang sesuai, jadi apakah atau emosional kesehatan, bisa lebih jelas mencerminkan kesehatan mental seseorang. Sekolah "lingkungan halus" di banyak elemen dapat langsung atau tidak langsung mempengaruhi suasana hati siswa sehingga siswa memiliki reaksi emosional negatif atau positif, yaitu, dalam hal ini dengan guru untuk menciptakan suasana psikologis dan lingkungan, siswa dapat membentuk baik, puas bahagia, optimis, emosional kondisi baik ceria, tetapi juga mungkin mengalami depresi, gelisah, takut dan emosi negatif lainnya. Oleh karena itu, setiap guru dan siswa harus peduli tentang kehidupan emosional sekolah erat berkaitan dengan "lingkungan lunak" untuk membantu siswa membuat kehidupan emosi yang sehat, sehingga optimisme positif untuk menjadi emosi yang dominan dalam kehidupan sosial siswa.
KESIMPULAN
Banyak faktor yang dapat membangun kesehatan mental,baik didalam keluarga,masyarakat dan juga ruang lingkup pendidikan dan disini ialah “Sekolah”.pengaruh atau gangguan yang dapat di jumpai juga sangat banyak yang bias mengakibatkan kesehatan mental itu sendiri menjadi tidak sehat terutama aspek penyimpang. Faktor keluarga yang paling utama dan utama,karena di sisi inilah anak di ajarkan tentang pengenalah hidup sebelum memasuki kehidupan dunia luar.peran serta orang tua yang aktif sangatlah penting untuk tumbuh kembangnya mental sang anak,bukan hanya menjadi orang tua,tapi bias menempatkan diri sebagai seorang sahabat yang siap jika anak mengalami permasalahan. Faktor berikutnya adalah masyarakat.di faktor ini sering kita jumpai berbagai macam kehidupan,mulai dari yang halus hingga kasar,pun dari sini juga bisa kita jadikan patokan apakah kesiapan mental kita mampu atau tidak,karena di lingkup ini segala aspek dan pola pikir serta keberagaman budaya menjadi satu.
- Kartini Kartono, Dra., Mental Hygiene ( kesehatan mental ), Bandung, 1990.
- Yusuf Samsu. 2009. Mental Hygiene. Bandung : Maestro.
- Zakiah Drajat.1995. Kesehatan Mental. Gunung Agung. Jakarta.